Halaman

Jumat, 24 November 2017

Pelangi Rasa (1)

Alhamdulillah....

Ba'da tahmid wa sholawat, selesai sudah tantangan 10 hari bersama komunikasi produktif di kelas bunsay. Saatnya mengalirkan rasa yang buncah dalam jiwa. Ini adalah kali pertama saya belajar tentang komunikasi produktif, dulu pas kuliah pernah juga dapat materi tentang komunikasi tapi secara globalnya saja.

Hmm...ketika menjalani tantangan 10 hari ini sebenarnya ada rasa was-was dalam diri saya, apakah bisa menyelesaikan tantangan ini dengan baik. Yah, meskipun akhirnya hanya badge dasar yg saya dapat karena sempat posting rapel gegara ketiduran tak apalah semoga untuk tantangan level berikutnya bisa lebih baik..aamiin.

Menerapkan komunikasi produktif dengan pasangan ataupun anak ternyata punya keunikan sendiri, dari game level satu ini saya belajar bahwa masing-masing punya bahasa cintanya sendiri. Tak mudah memang untuk menjalaninya tapi saya yakin bisa dengan lahitan...latihan...latihan. Tak jarang emosi menjadi dominan saat pesan yang kita sampaikan tidak sesuai yang kita harapkan, saat FoR dan FoE tidak sejalan, tidak seirama. Semua butuh proses, yang terpenting tetap istiqomah untuk menjalaninya.

Sepenuh cinta untuk my beloved husband dan cahaya hatiku (kakak chan) telah membersamai ibu dan menjadi patner dalam tantangan kali ini. Doakan ibu untuk menjadi lebih baik lagi 😘😘😘😘😘

Terima kasih untuk Fasilitator telah membersamai belajar selama kurang lebih satu bulan ini. Sungkem buat bunda Ummi Haajiroh😊.

Itulah sekelumit kata yang bisa saya tuliskan mewakili rasa dalam jiwa. Semangat dan terus belajar menjadi lebih baik✊✊✊

Sabtu, 11 November 2017

Ulangi...ulangi...ulangi

Bismillah...

Alhamdulillah, sudah masuk hari ke-10 tantangan komunikasi produktif itu artinya akan segera sampai pada penghujungnya. Semoga bisa lanjut sampai 15 hari ke depan. Aamiin...

Stok sabar dan istiqomah harus diperbanyak lagi...semangat ✊ ✊ ✊

Hari ini melakukan komunikasi produktif dengan patner setia yaitu Kak Hikari 😘. Kadang bikin gemes, tapi emak harus sabar...sabar...sabar. Tema kali ini masih tentang toilet training, ternyata belum sukses juga. Seringnya dua atau tiga kali sukses trus hari berikutnya balik lagi ke kebiasaan awal...hiks...hiks... Benar-benar menguji kesabaran. Harus diulangi dan diulangi lagi.

👩: "Kak, kalau perutnya sakit kepengin pup bilang sama ibu atau Mbah Ti ya...." kata saya mengawali pembicaraan.
👧: "Iya." menjawab lirik sambil asyik bermain.
👩: "Kak Hikari, coba lihat ibu." menghadapkan wajah kakak ke arah saya sembari saya tatap matanya.
👩: "Kakak sayang, kalau mau pup dimana sayang?" tanya saya menegaskan.
👧: "WC" jawab Kak Hikari mantap.
👩: "Okey, kalau pup di wc ya..." kata saya mengulangi jawaban kakak.

Semoga ujian toilet training ini segera berakhir ya Allah...berasa jadi kekar ini lengan karena nyikat terus😁. Semoga toilet training sukses dengan didukung komunikasi produktif.

Salam cinta dan semangat

#harike10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 10 November 2017

Tantangan

Bismillah...

Alhamdulillah, ba’da tahmid wa sholawat...

Memasuki tatangan hari ke-9 dalam penerapan komunikasi produktif. Bingung mau menuliskan apa untuk hari ini. Yang jelas harus tetap semangat, bertahan sampai akhir tantangan.

Sembilan hari berlalu sudah, masih terseok-seok menerapkan komunikasi produktif. Tak jarang pertahanan saya kandas karena rasa tak sabar membersamai kakak. Semoga ibu bisa menjadi ibu yang terbaik untukmu anakku.

Percakapan yang terekam hari ini adalah saat Kakak merengek minta susu. Biasanya akan bablas tantrum tapi tidak untuk hari ini. Good job Nak😘

👧: "Buk, tolong ambilkan susu." ucap kakak lirih kepada saya.
👩: "Lho, tadi kan sudah minum susu." jawab saya.
👧: "Ibuk, ambilkan susu." sambil merengek.
👩: "Kak, kalau kakak mau minum susu nanti malam kalau mau tidur. Sekarang kalau lapar makan." saya menegaskan kembali.
👧: "Susu buk!" sambil mulai merajuk.
👩: "Ibu, akan kasih susunya nanti malam sebelum tidur." jawab saya tegas sembari menatap kakak.
👧: (diam dan berhenti merengek).

Alhamdulillah, Kakak tidak lanjut tantrum. Semangat belajar menerapkan komunikasi produktif dan istiqomah terus. Aamiin

Hari ini, ibu belajar banyak hal tentang kehidupan.
Ibu belajar betapa berharganya dirimu Nak!
Saat ibu, penuh harap mendekapmu dalam lantunan doa.
Semoga Allah senantiasa memelukmu dalam kebaikan.
Ini entah keberapa kalinya, ibu lega merasakan hangat kulitmu Nak!
Sebab, itu kabar bahwa kau masih di sisi ibu.
Hari ini, kita berdua bermesra dalam hujan.
Bersama membelah hujan untuk sebuah tujuan yaitu pulang.
Terima kasih Nak, karena telah percaya pada ibu.
Pelukan eratmu dalam dekap ibu, menandakan kau percaya pada ibu.
Bahwa kita akan pulang ke rumah meski hujan angin menyapa.
Perasaan ibu campur aduk hari ini, penuh was-was.
Ujungnya ibu pasrah pada Rabb Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia.

Tak banyak kata terucap hari ini. Tapi bahasa sentuhan mewakili semua. Ah, begitu indah rasa saat kita percaya bahwa apa yang ingin kita sampaikan terlaksana.

Sepenuh cinta sepenuh harap

#harike9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 09 November 2017

Pesan Cinta

Bismillah…

Alhamdulillah, ba’da tahmid wa sholawat…

Tantangan hari ke-8 kelas Bunda Sayang Batch #3. Ada yang sesak dalam hati sebab semalam ketiduran dan belum post tulisan di blog. Hiks…

Sedih? Iya banget, padahal idenya udah ada tinggal menuangkan dalam tulisan tapi malah ketiduran. Harus bisa memanage waktu dengan baik biar gak lupa ngepost tulisan lagi... Semangat!!!

Ceritanya hari ini mengajak suami sebagai patner komunikasi produktif, tapi pagi-pagi saya udah sewot duluan. Entahlah hari ini moodnya kurang baik, karena semalam Kak Hikari tantrum padahal kondisi emaknya lagi ngatuk berat. Mungkin karena mengantuk jadi moodnya gak banget hari ini. Ditambah pas chat sama suami, balasnya tidak sesuai harapan. Tambah baper bertingkat-tingkat. Eh niatnya mau komunikasi produktif sama suami malah jadi gak produktif sama sekali. Huhuhu…

Saya mencoba sreenshoot hasil percakapan saya dengan suami, dan ternyata suami saya itu suka sekali menggunakan emoticon. Saya baru sadar hampir disetiap pesan yang dikirimkannya selalu ada emoticon. Terkadang emoticon itu yang membuat saya jadi baper karena kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi hati saya… Hehe…

Suami saya memang tak pandai berkata-kata ataupun merangkai kata tapi pandai mewujudkan pesan cinta lewat emoticon. Saya hargai perbedaan itu, justru itu yang menjadikan saya sering senyum-senyum sendiri saat menginggat hal-hal telah kami lalui. Betapa saya yang selalu dominan dalam kata atau tulisan tapi suami saya mewujudkan semua itu lewat perbuatan. Bahkan diamnya bagi saya bermakna cinta.



#harike8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 08 November 2017

Lembutkan Suaramu...

Bismillah...

Alhamdulillah ba'da tahmid wa sholawat...

Hari ini adalah tantangan hari ke-7 di kelas bunda sayang batch #3, ayo semangat menghidupkan komunikasi produktif dalam keluarga. Sampai hari ini kadang saya masih terseok-seok menerapkan komunikasi produktif dengan Kak Hikari. Stok sabar harus extra lagi. Semakin hari, semakin bertambah usianya kakak semakin banyak hal yang "wow" yang dilakukan kakak. Emak kudu optimis bahwa semua bisa dirubah. Emak harus berubah sehingga menjadi panutan yang baik buat anak-anak. Oh emak... Semangat berproses menjadi lebih baik✊

Setelah beberapa hari mengamati gaya bicara kakak, saya merasa tertampar. Ternyata anak-anak memang tidak pernah salah dalam mencopy. Beberapa hari ini, Kakak ketika menyampaikan sesuatu sering banget berteriak, apalagi kalau keinginannya tidak atau belum terpenuhi.

Contohnya adalah kejadian pagi ini. Ketika saya belum bisa bersegera memenuhi keinginannya, kakak langsung berteriak. Dalam hati saya, perlu dirubah komunikasi saya dengan kakak. Sewaktu tadi melakukan perjalanan menuju kantor (hari ini kakak ikut ngantor). Saya memberi pengertian kepada kakak. Sudah pernah saya coba, ketika saya menasehati kakak pas suasana hatinya lagi senang, nasehat itu kakak dengar dan lakukan dengan baik. Saya mulai obrolan itu disepanjang perjalanan sebelum kakak terlelap (hobinya tidur ketika naik kendaraan).

👩: "Kak, ibu mau bilang sesuatu sama kakak. Dengarkan baik-baik ya..." kata saya mengawali pembicaraan.
👧: "Iya" Jawab kakak pelan.
👩: "Kak, ibu berharap ketika kakak bicara volume suaranya dikecilkan. Hehe Insya Allah ibu sudah dengar tanpa kakak berteriak-riak seperti tadi pagi." lanjut saya.
👧: "Iyaaa." Jawab kakak bersemangat.
👩: "Lain kali, kalau meminta sesuatu sampaikan dengan baik dan sopan. Kalau yang tadi pagi tidak sopan. Okey?" saya menegaskan kembali.
👧: "Okey buk." jawab kakak

Semoga kali ini, semua sampai pada hatimu nak😘

Salam cinta dan semangat

#harike7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip



Selasa, 07 November 2017

Ayo Bereskan Mainanmu!

Bismillah...

Alhamdulillah, tantangan komunikasi produktif telah sampai pada hari ke-6. Hari ini sebenarnya bingung mau nulis apa soalnya seharian ini berada di luar jadi belum sempat menerapkan komunikasi produktif dengan Kakak. Sampai sore menjelang akhirnya ketemu dengan ide yang mau ditulis.

Menjelang sore kakak meminta izin saya untuk memainkan mainannya yang berupa balok kayu dan menyusunnya menjadi menara. "Buk, kakak main yang ini ya." pinta kakak sembari menunjuk ke balok kayu di bawah meja. "Iya, boleh. Nanti selesai bermain dikembalikan ke tempatnya ya." jawab saya mempersilahkan kakak bermain.

Setelah itu kakak asyik bermain dengan balok-balok kayu tersebut. Selang beberapa menit kakak sudah bosan dengan mainannya kemudian ditinggal begitu saja.

"Kakak, mainnya sudah selesai?  Ayo kembalikan lagi ke tempatnya." pinta saya kepada kakak. Tapi Kak Hikari malah nyelonong pergi. Saya biarkan saja mainnya berserakan, beberapa saat kemudian kakak kembali lagi. Saya ubah strategi. Saya memberi tantangan kepada kakak untuk menghitung mainannya.

"Kakak, ayo kita hitung mainannya ada berapa? Kotaknya sudah terisi semua kah?" tanya saya sembari membantu kakak memasukkan balok-balok kayu ke dalam kotak. Kemudian kakak pun duduk dan ikut memunguti balok-balok kayu yang berceceran di lantai sambil menghitungnya dari hitungan satu sampai sepuluh. Dan....tada mainannya sudah terparkir rapi di tempatnya😊.

Ucapan saya yang pertama meski saya ucapkan dengan lembut dan ramah ternyata masih belum mewakili apa yang ingin saya sampaikan pada kakak, terbukti dia tidak melakukan apa yang saya pinta karena kesan dari kalimat saya adalah memerintah secara langsung. Kemudian pada kalimat kedua barulah kakak melakukan apa yang saya harapkan. Semangat belajar menerapkan komunikasi produktif.

Dan apa kabar hari ini komunikasi produktif dengan suami? Untuk komunikasi dengan suami berjalan lancar-lancar saja. Alhamdulillah sekarang juga jadi minim sewot-sewotan. Karena saya pun lebih berani untuk mengungkapkan apa yang menjadi unek-unek saya. Belajar untuk "clear dan clarify" terhadap sesuatu yang saya belum paham dan belum sesuai dengan harapan saya.

Salam cinta dan semangat

#harike6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Senin, 06 November 2017

Latihan...Latihan...Latihan

Bismillah...

Alhamdulillah ba'da tahmid wa sholawat...

Tantangan hari ke-5, sudah setengah perjalanan bersama komunikasi produktif. Pertanyaannya, adakah beda yang telah dirasa? Semoga terus berproses menjadi lebih baik, semakin produktif dalam berkata-kata.

Hari ini kembali lagi menerapkan komunikasi produktif dengan Kak Hikari karena suami sudah kembali ke rantau. Di usia Kakak yang sekarang (28 bulan), betapa terkadang saya takjub akan apa yang diucapkan olehnya, membuat sebuah simpul senyum yang penuh keharuan. Ah ya...memang benar anak-anak terkadang salah mengartikan sebuah kata tapi mereka tak pernah salah mencopy😊

Salah satu tindakan dan kata, yang mengejutkan saya adalah ketika kakak ingin lewat tapi saat itu di dekat pintu ada Mbah Kungnya yang sedang berdiri sehingga menghalangi jalan kakak dan spontan kakak bilang "amit...amit" (permisi) sambil sedikit membungkukan badan, kejadian itu membuat pipi saya basah oleh air mata. Secara kata-kata saya belum mengajarkan terkait hal ini kepada kakak. Nak ternyata kau cepat belajar dari apa yang kau lihat...Teruslah bertumbuh dan bersinar dengan kebaikan-kebaikan.

Di setengah perjalanan ini saya ingin melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah saya lakukan berkaitan dengan tantangan 10 hari bersama komunikasi produktif, memang masih terlalu dini untuk melakukan evaluasi. Ini saya lakukan sebagai bahan untuk mencharger semangat saya. Lima hari berlalu, yang saya rasakan adalah si kakak frekuensi tantrumnya lebih berkurang dan saya jadi minim mengeluarkan nada tinggi wanita (sudah pernah saya uraikan dalam tulisan saya sebelumnya). Masih butuh banyak lahitan..latihan..latihan. Kekep semangat ✊ ✊✊

Dialog hari ini dengan Kak Hikari adalah seputar "gosok gigi". Sebelumnya gosok gigi ini menjadi drama tersendiri saat mandi. Kakak sering banget menolak kalau disuruh gosok gigi. Sebelum berkenalan dengan komunikasi produktif ketika menyuruh kakak gosok gigi biasanya saya langsung to the point aja dan bahkan sedikit memaksa (✌)  dan endingnya Kak Hikari jadi nangis (maafkan emakmu ini ya nak😔). Cuplikan dialog pagi ini adalah sebagai berikut :

👩: "Kak, gosok gigi yuk!"
👧: "Gak mau!" (langsung mingkem rapet)
👩: "Kakak sholihah, gosok gigi yuk supaya giginya bersih, bebas kuman penyakit." saya melembutkan suara dan menyertakan alasan
👧: (geleng-geleng kepala).
👩: "Hmm... Kakak tadi habis makan ya? Coba ibu lihat apakah ada sisa makanan di gigi kakak?" kata saya
👧: "Iya..." jawab kakak
👩: "Kalau begitu coba buka mulutnya sayang, ibu bersihkan pakai sikat gigi ya..." sambil mencontohkan membuka mulut lebar "aaaaaa"
👧: (langsung mangap) "aaaaaa"

Dan hap, gosok-gosok sambil main peran kalau saya adalah pembasmi kuman 👾. Walhasil gigi kakak bersih dan goodbye tangisan.

Itulah sekilas komunikasi produktif yang saya lakukan dengan kakak hari ini. Semangat belajar ya Kak😘

Salam cinta 💕 dan semangat ✊

#harike5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Minggu, 05 November 2017

Fokus dan Tatapan Cinta (2)

Bismillah...

Alhamdulillah empat hari telah berlalu semenjak tantangan hari ke satu. Tantangan hari ke empat pun telah terlewat. Masih terus belajar meningkatkan komunikasi produktif, kadang sukses tapi terkadang juga gagal. Jadi teringat ketika mbak Fasilitator senantiasa mengingatkan prinsip 3L yaitu Latihan..Latihan..Latihan.. Untuk menghadirkan sesuatu yang konsisten butuh latihan agar terbiasa melakukannya. Sehingga otak kita pun telah terprogram dengan baik.

Tantangan hari ke-4 saya mencoba menjadikan suami sebagai patner dan hasilnya membuat ketawa setelah diingat karena ada sukses dan ada yang gagal. Berikut adalah cuplikan komunikasi saya dengan suami hari ini.

Ceritanya pagi ini kami akan menghadiri pernikahan teman saya. Kita berangkat pagi karena mau hadir ketika ijab qabul saja lalu pulang karena nanti sore suami berangkat ke rantau lagi. Walhasil kita agak terburu-buru, apalagi dua bocil ikut serta jadi berasa rempooooong 😂

Karena komunikasi yang tidak produktif antara saya dan suami, endingnya amplop sumbangan tertinggal di rumah, alhamdulillah ada teman saya yang membawa amplop double.

Berikut dialog saya dengan suami:

👩: "Mas minta tolong amplopnya ditulisin" sambil mengeluarkan amplop yang sudah suami masukkan ke dalam tas. Saat itu saya sembari menggendong Eza. Sementara suami siap-siap mau mengeluarkan motor.

👨: "Eh, pulpennya mana de?" respon suami seketika, mendengar jawaban tersebut saya langsung meletakkan amplop di meja karena saya fokus membenarkan gendongan yang kurang pas jadi saya tidak memperhatikan respon suami selanjutnya.

Saat di lokasi acara dan bersiap mau pamit pulang, barulah kami sadar kalau ternyata amplop itu masih tergeletak di meja 😅
Kemudian saya nyeletuk ke suami kalau itu contoh komunikasi yang tidak produktif 😁

Baru saja kemarin saya menuliskan untuk fokus dan menatap mata patner bicara kita, tapi hari ini apa yang saya lakukan kebalikannya. Kuncinya memang ada pada Latihan..Latihan..Latihan. Jadi berasa "dodol" banget saya😅

Semangat ✊ untuk terus berproses menjadi lebih baik 😊

Salam cinta 💕 dan semangat ✊

#harike4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 04 November 2017

Fokus dan Tatapan Cinta

Bismillah...

Tantangan hari ke-3 komunikasi produktif kelas bunda sayang, masih setia dengan Kak Hikari sebagai patner. Hari ini agendanya lebih banyak di luar rumah. Waktunya berkunjung ke rumah Nenek, Kak Hikari asyik bermain dengan keponakan jadi untuk durasi komunikasi produktif dengan saya agak berkurang karena asyik bermain di luar dan jalan kemana-mana sama keponakan.

Tidak ada adegan spesial ketika di rumah nenek sampai berlanjut pulang ke rumah.

Sampai di rumah lagi, saat saya sedang bermain dengan adek, tiba-tiba kakak duduk jongkok dan terdiam. Saya hafal betul, itu adalah tanda-tanda kakak BAB (sebenarnya kakak masih dalam masa toilet training, sudah hampir dua bulan kakak lepas diapers tapi masih belum sukses untuk urusan BAB😢). Ketika saya tanya "Kakak eek?" pertama kali saya tanya kakak menjawab "enggak". Kemudian saya ulangi sekali lagi dengan menatap kakak dan memperjelas intonasi suara saya "Kak Hikari eek?" saya melembutkan suara dari sebelumnya. Lalu kakak menjawab "iya".

Saya pun mengajak kakak ke WC untuk membersihkan diri. Disela-sela membersihkan kakak, saya sembari memberi tahu kakak "Kak, kalau ingin eek sebelum keluar bilang sama ibu ya.. Kalau mau eek ke WC ya.." Kakak diam saja , malah asyik bermain air di bak mandi. Kakak tidak merespon apa yang saya ucapkan berarti besar kemungkinan pesan yang ingin saya sampaikan kepadanya belum sampai, pikir saya. Okey saya akan mengulanginya lagi setelah selesai membersihkan kakak. Setelah selesai bersih diri, saya memulai berkomunikasi lagi dengan kakak. Berikut adalah cuplikan komunikasi saya dengan kakak.

👩: "Kakak coba tatap mata ibu, Kak Hikari kalau ingin eek sebelumnya bilang sama ibu ya.. Ibu antar ke wc." saya mengucapkannya dengan nada yang lembut tapi penuh penegasan.

👧: "iyaaa" sambil menatap mata saya.

Fix, saya belajar hal penting dari dialog saya dengan kakak tadi. Bahwa ketika kita berbicara dengan fokus terhadap lawan bicara kita maka besar kemungkinan pesan kita sampai padanya. Komunikasi yang dilakukan lebih terasa feelnya. Semangat berproses menjadi baik.

Salam cinta 💕 dan semangat ✊

#harike3
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 03 November 2017

Hal Baik Butuh Pembiasaan

Bismillah…
Ba’da tahmid wa sholawat…

Alhamdulillah, masuk tantangan hari ke-2 “Komunikasi Produktif” kelas Bunda Sayang Batch #3 Institiut Ibu Profesional. Harus makin semangat dong!!! 💪💪💪
Stok semangat harus diperbanyak lagi agar tetap konsisten mengerjakan tantangan demi tantangan. Peluk istiqomah biar tetap rajin menuliskan review tantangan dari hari ke hari.

Ternyata, untuk konsisten menulis itu merupakan tantangan tersendiri. Bagaimana kita merangkai kata demi kata agar apa yang ingin kita sampaikan kepada pembaca tersampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai. Sama halnya ketika kita berbicara secara langsung, bukankah setiap kali kita berbicara kita selalu berharap pesan kita sampai, penerimaan atas pesan kita pun sesuai dengan tujuan kita menyampaikan pesan tersebut.

Tantangan hari ke-2 ini, masih mengajak Kak Hikari sebagai patner saya menuju komunikasi produktif antara ibu dan anak. Saya akui, beberapa hari ini frekuensi tantrum kakak berkurang dan saya jadi minim mengeluarkan energi untuk berkata-kata (alias bengak-bengok). Kak Hikari sering tantrum terutama saat keinginannya tidak saya penuhi. Misalnya saat minta susu, biasanya kakak akan merengek-rengek minta susu dan akan berlanjut nangis sehingga rengekannya menjadi tidak jelas setelah itu “bablas” tantrum kalau belum teratasi.

Siang hari yang teramat terik, kakak bangun tidur langsung bilang “Ibu, susu” saya langsung menanggapi “Apa Kak? Bilang yang baik dong.” Sambil menantap kakak “Ibu, ambilkan susu.” Ucap Kakak. “Hmm, kata tolongnya mana?” kata saya. “Ibu, tolong ambilkan susu dong.” Kata kakak lagi (kata “dong” bonus niru gaya emaknya ngomong😁).

Itulah dialog singkat saya dengan kakak hari ini. Perihal meminta tolong mengambilkan susu. Awal-awal saat saya mulai mengajari Kakak untuk menggunakan kata tolong setiap meminta sesuatu pasti ujungnya si Kakak jadi tantrum. Tapi emak, tidak boleh menyerah kan? Bahwa kebiasaan baik itu butuh pembiasaan. Setiap kali saya meminta bantuan Kakak untuk mengambilkan sesuatu atau membuang sampah, saya selipkan kata tolong. Beda banget efeknya ketika kata “tolong” itu terlupa.

IMHO, kata “tolong” itu kan menandakan atau menunjukkan bahwa yang mengucapkan tidak mampu melakukan sendiri atau belum bisa melakukannya sehingga secara intonasi ketika seseorang mengucapkan kata “tolong” akan jauh lebih lembut karena dipenuhi dengan perasaan mengharap, perasaan untuk dibantu dari ketidakmampuannya. Kata “tolong” juga menunjukkan bahwa manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain, sebagai “makhluk sosial” tentu tak bisa hidup sendiri, mengabaikan lingkungan sekitar.

Sejauh ini masih butuh banyak “jam terbang” (meminjam istilah IIP) bagi Kakak untuk membiasakan mengucapkan kata “tolong” dan “terimakasih” untuk hal yang dia minta dan dapatkan. Tapi perubahan itu ada, semangat untuk berproses menjadi baik Kak Hikari dan tentu juga buat Ibu. Sekali lagi “hal baik butuh pembiasaan”.

#harike2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 02 November 2017

Tentang Kata

Alhamdulillah…. Akhirnya kelas bunda sayang batch #3 telah dimulai. Hari ini mulai tantangan hari pertama. Semoga istiqomah menyelesaikan tantangan demi tantangan. Keep spirit!!!!!!!!

Tantangan pertama adalah komunikasi produktif. Okey…ini PR banget buat saya. Sebab selama ini sering banget misscom sama suami yang ujungnya jadi saling sewot😁

Hmm… komunikasi produktif sama Kak Hikari juga masih PR, tapi belakangan saya sudah mulai mencoba memperbaiki cara berkomunikasi dengan kakak dan hasilnya lumayan. Tapi emang kudu sabaaaaaaaaar. Harus stok sabar yang banyak kalau mau bicara sama kakak sama suami juga sih. Seringnya stok sabar saya menipis bahkan sampai pada level lowbat akhirnya meledak juga. Pufh…. Mak sabar mak…

Tadi pagi, saat video call sama suami (status masih kaum LDM) sempat bahas mengenai tantangan komunikasi produktif. Endingnya malah jadi bahas kejadian-kejadian yang sebelumnya terjadi gara-gara komunikasi yang tidak produktif diantara kita. Lucu atau lebih tepatnya terkadang konyol banget.

Contoh kejadian yang kita bahas tadi pagi adalah tentang donat, beberapa waktu yang lalu sebelum keberangkatan suami ke tempat rantau.

👩: “Mas, mau dibuatin donat?”
👨: “Gak usah dek, nanti capek.”
👩: “Serius?”
👨: “Iyaaa.”

Lalu besoknya ketika suami sudah masuk dan ditanyai teman-teman kantor “Donatnya mana?”. Kemudian chat ke saya kalau teman-temanya nanyain donat, saya jawab “Kemarin bilangnya gak usah.” “Kalau dek nita mau buatin donat ya buat aja, gak usah nanya.” Balasan suami. Doeeeeeeeng, begitulah singkat cerita komunikasi yang sering terjadi antara kita, ternyata kata-kata tak sesuai realita. Kemarin sempat juga share ke suami materi komunikasi produktif di kelas bunda sayang, akhirnya dibaca sampai tuntas (sebelumnya saya pakai kode keras duluJ). Jadi ketika ngobrol tadi pagi udah satu frekuensi. Semoga komunikasi produktif dalam keluarga kami bisa terwujud. Aamiin….

Untuk tantangan hari pertama, saya memilih Kak Hikari sebagai patner. Karena memang perlu banget dibenahi komunikasi dengan kakak agar tidak menimbulkan letupan emosi di dalam jiwa emak. Drama pagi ini, saya rangkum dalam adegan dibawah ini:

👩: “Alhamdulillah, selamat pagi sholihah. Assalamu’alaikum” (sapaan pagi saya untuk kakak). “Kakak sudah bangun? Baca doa bangun tidur dulu yuk.” (Lanjut baca doa setelah bangun tidur).

👧: (Masih mengumpulkan nyawa, khusyuk mendengarkan ibu baca doa bangun tidur).

👩: “Kak, ayo pipis dulu yuk”.

👧: “Gak mau.”

👩: “Kakak, kepengin pipis?” (masih belum menyerah).

👧:”Enggak” sambil turun dari tempat tidur dan meninggalkan saya sendirian.

Endingnya, saya tidak berhasil membujuk kakak untuk pipis. Menurut ibu-ibu, komunikasi yang saya lakukan dengan kakak sudah produktif kah?

Lanjut adegan berikutnya. Kali ini, meminta kakak untuk mandi. Kebetulan saat itu saya sedang mencuci. Kak Hikari datang setelah tadi bermain sama neneknya di depan. Kak Hikari menghampiri saya, langsung saja saya tawari untuk mandi.

👩: “Kakak mau mandi?” tanya ibu

👧: “Nggak mau.” (sambil menggelengkan kepala).

👩: “Ayo sayang, mandi dulu biar badan bersih, wangi dan segar.” Kata ibu belum menyerah.

👧: (geleng kepala)

👩: “Hmm… Kakak mau membantu ibu mencuci sambil mainan air? Setelah itu mandi.”

👧: “Kakak mau” (Matanya berbinar dan langsung terjun ke bak cucian).

Akhirnya kakak membantu saya mencuci (lebih tepatnya memperlama waktu saya mencuci sebab pakaian yang sudah dibilas dimasukkan lagi ke air sabun😂😅). Karena basah, mandi sekalian.

Urusan mandi di pagi hari memang menjadi tantangan tersendiri untuk saya. Seringkali saya membujuk kakak untuk mandi dengan berbagai tawaran tetapi tetap saja kadang gagal. Kira-kira komunikasi yang saya lakukan tadi sudah termasuk komunikasi produktif atau belum ya? Serius tanya.

Demikian tantangan untuk hari ini, yang jelas setelah membaca materi tentang komunikasi produktif kemarin jadi ngerasa banget kalau selama ini komunikasi kami belum produktif. Semangat untuk berbenah, berubah menjadi lebih baik lagi. Semoga semakin bijak dalam berkata-kata.

Kata tak pernah nyata bila ia tak diucapkan ataupun dituliskan
Kata hanya menjadi angan bila ia dibiarkan tinggal di hati atau pikiran
Kata-kata baik akan menghadirkan aura kebaikan
Berkatalah yang baik atau diam

#harike1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip