Halaman

Jumat, 03 November 2017

Hal Baik Butuh Pembiasaan

Bismillah…
Ba’da tahmid wa sholawat…

Alhamdulillah, masuk tantangan hari ke-2 “Komunikasi Produktif” kelas Bunda Sayang Batch #3 Institiut Ibu Profesional. Harus makin semangat dong!!! 💪💪💪
Stok semangat harus diperbanyak lagi agar tetap konsisten mengerjakan tantangan demi tantangan. Peluk istiqomah biar tetap rajin menuliskan review tantangan dari hari ke hari.

Ternyata, untuk konsisten menulis itu merupakan tantangan tersendiri. Bagaimana kita merangkai kata demi kata agar apa yang ingin kita sampaikan kepada pembaca tersampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai. Sama halnya ketika kita berbicara secara langsung, bukankah setiap kali kita berbicara kita selalu berharap pesan kita sampai, penerimaan atas pesan kita pun sesuai dengan tujuan kita menyampaikan pesan tersebut.

Tantangan hari ke-2 ini, masih mengajak Kak Hikari sebagai patner saya menuju komunikasi produktif antara ibu dan anak. Saya akui, beberapa hari ini frekuensi tantrum kakak berkurang dan saya jadi minim mengeluarkan energi untuk berkata-kata (alias bengak-bengok). Kak Hikari sering tantrum terutama saat keinginannya tidak saya penuhi. Misalnya saat minta susu, biasanya kakak akan merengek-rengek minta susu dan akan berlanjut nangis sehingga rengekannya menjadi tidak jelas setelah itu “bablas” tantrum kalau belum teratasi.

Siang hari yang teramat terik, kakak bangun tidur langsung bilang “Ibu, susu” saya langsung menanggapi “Apa Kak? Bilang yang baik dong.” Sambil menantap kakak “Ibu, ambilkan susu.” Ucap Kakak. “Hmm, kata tolongnya mana?” kata saya. “Ibu, tolong ambilkan susu dong.” Kata kakak lagi (kata “dong” bonus niru gaya emaknya ngomong😁).

Itulah dialog singkat saya dengan kakak hari ini. Perihal meminta tolong mengambilkan susu. Awal-awal saat saya mulai mengajari Kakak untuk menggunakan kata tolong setiap meminta sesuatu pasti ujungnya si Kakak jadi tantrum. Tapi emak, tidak boleh menyerah kan? Bahwa kebiasaan baik itu butuh pembiasaan. Setiap kali saya meminta bantuan Kakak untuk mengambilkan sesuatu atau membuang sampah, saya selipkan kata tolong. Beda banget efeknya ketika kata “tolong” itu terlupa.

IMHO, kata “tolong” itu kan menandakan atau menunjukkan bahwa yang mengucapkan tidak mampu melakukan sendiri atau belum bisa melakukannya sehingga secara intonasi ketika seseorang mengucapkan kata “tolong” akan jauh lebih lembut karena dipenuhi dengan perasaan mengharap, perasaan untuk dibantu dari ketidakmampuannya. Kata “tolong” juga menunjukkan bahwa manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain, sebagai “makhluk sosial” tentu tak bisa hidup sendiri, mengabaikan lingkungan sekitar.

Sejauh ini masih butuh banyak “jam terbang” (meminjam istilah IIP) bagi Kakak untuk membiasakan mengucapkan kata “tolong” dan “terimakasih” untuk hal yang dia minta dan dapatkan. Tapi perubahan itu ada, semangat untuk berproses menjadi baik Kak Hikari dan tentu juga buat Ibu. Sekali lagi “hal baik butuh pembiasaan”.

#harike2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar