Halaman

Kamis, 26 Januari 2012

Lukisan di Atas Kanvas Berpasir



Daun-daun luruh menunggu matahari menjadikannya berwarna kecoklatan dan akhirnya sempurna kering, melebur dengan tanah. Selalu seperti itu, daun yang mulanya bewarna hijau berubah menjadi kuning, gugur menjadi berwarna coklat, kering lalu daun itupun sempurna hilang. 

Bersamaan dengan daun yang luruh itu, sebuah memori masa lalu muncul lagi. Memaksa pikiran untuk mengenang masa itu dengan sangat baik.
Angin hendak berhembus, membawa sisa udara dingin semalam. Dingin membalut pagi ini sebab matahari masih malu-malu membagi sinarnya. Aku menatap langit, sapuan warna biru laut dengan paduan warna putih itu sempurna. Subhanallah..

Teringat lukisan di kanvas berpasir, degradasi warna hijau dan biru yang mempesona. Aku rindu tempat itu dan juga orang-orang yang menawarkan kehangatan persaudaraan untukku di Indonesia bagian timur itu. Masih ku ingat senyuman yang mengiringi pelukan hangat saat aku datang dan pergi. Allah, jaga saudaraku dibelahan bumi yang berbeda denganku itu. Amin.

 Lukisan di atas kanvas berpasir itu sungguh mempesona. Degradasi warna hijau dan biru yang menawan. Subhanallah sebuah karya yang indah dari Sang Maha Pencipta. Pasir pantai yang tergenang air menjadi cermin raksasa ketika tertimpa cahaya matahari, berkilauan seperti permata.

Pantai Suli, Ambon dalam kenangan